My Love for Them Will Never End

Mom.. 
Dad..
I'll never stop love in you
I'll never stop to tell every one, how best u are
No matter where I go in life
Who I get merried to
How much time I spend with friends
How much I love my husband
You'll always be my number one in my life.
I Love You.. 



Tidak bisa tergambarkan bagaimana seorang anak mencintai kedua orang tuanya, saya selalu menitikan air mata setiap kali saya menceritakan orang tua saya ke suami, bagaimana perjuangan mereka, papa seorang PNS yang nyambi jadi petani di sela-sela waktu senggangnya, bersama mamak mereka harus menempuh jarak 2-2,5 jam dari kota tempat kami tinggal ke kampung, hanya untuk mengecek tanaman atau menanam pohon-pohon baru, tak jarang papa pergi menggunakan motor untuk memghemat ongkos dan mempersingkat waktu.  Laki-laki yang gigih menghidupi 6 orang anaknya tanpa pernah mengeluh. Orang yang berkomitmen tegas, pendidikan adalah yang utama, "mau jadi apapun kalian kedepannya, tetap harus menyelesaikan pendidikan kalian", itu yang selalu terngiang di benak saya. Mamak yang harus sabar mendidik anak-anaknya sambil berdagang dan membuat aneka makanan untuk di jual, anak-anak beliau bukanlah anak yang biasa tapi anak-anak yang benar-benar luar biasa, pulang sekolah biasanya kami tidak langsung pulang tapi mampir dulu, nyemplung ke sungai, berenang, nyari ikan dan tak jarang pulang dengan pakaian yang penuh lumpur, biasanya kami tidak akan pulang sebelum jemputan datang alias mamak datang dengan kayu besar di tangannya untuk mengancam kami agar mau pulang hahaha. Sedikit kenangan masa kecil yang tidak akan pernah terlupakan.

Panen duku, hasil dari kebun orang tua kami

Ini 1 mobil duku jatah klrg kecil saya,
 untuk di bagi-bagi ke tetangga dan teman2 di kantor 


Perjuangan mereka itulah yang dulu membuat saya bertekad, "Saya tidak akan meneruskan kuliah, jika saya tidak mendapatkan beasiswa", tekad itu sebenernya hanya salah satu cara saya untuk meringankan beban mereka, saya yang awalnya lulus SMA ikut bimbel karena pengen ikut tes SNPTN pun mundur ketika papa bilang, beliau ingin saya tetap fokus di bidang agama karena saudara-saudara yang lain sudah di umum semua. Semalaman saya berfikir, beliau sudah banyak mengeluarkan biaya untuk menyekolahkan saya di Gontor salah satu pesantren besar di jawa timur, kalau saya tidak meneruskan di bidang agama bisa di pastikan sebagian yang sudah saya dapat di pesantren tersebut akan hilang begitu saja. Dan untuk mendapatkan beasiswa di bidang agama setidaknya saya harus hafal beberapa juz, sedangkan saya hanya punya modal hafalan juz amma, itu pun saya dapat karena juz amma adalah salah satu syarat kelulusan dari gontor. Sa'at itu saya masih punya waktu kurang lebih 3 bulan untuk menambah hafalan, yang jelas tidak mungkin bisa saya lakukan di rumah, saya pun mencari info beberapa lembaga tahfidz, dan jatuh pilihan saya pada salah satu ma'had tahfidz di depok.

Papa mengantar saya ke depok, karena keadaan pesantren yang tidak sesuai ekspektasi beliau, bisa di bilang jauh jika di banding gontor, ketika pulang beliau pesan, "kalau nggak betah di sini, telpon papa nanti papa jemput". Betapa orang tua akan selalu melakukan dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Ikut seleksi di beberapa kampus, qodarullah saya dapat beasiswa di LIPIA Jakarta. Baru tahun pertama kuliah udah ada yang datang ngajak nikah, mungkin perasaan papa saya saat itu bak petir di siang bolong hehe.., karena menurut cerita mamak, beliau sempat g nafsu makan seminggu, setelah proses yang panjang sampai saya menikah, beliau terus support saya untuk nyelesain kuliah. Dengan terseot-seot, sempat cuti karena hamil kemudian transfer ke kampus lain, akhirnya bisa selesai juga. Dan sampai saat ini pun mereka selalu support saya untuk nerusin kuliah lagi.

Itu baru ngurusin satu anak yang dah lulus SMA, belom yang 5 lagi. Jarak anak yang masing-masing hanya selisih 11 bulan sampai 3 tahun, otamatis membutuhkan biaya pendidikan yang besar, bahkan beberapa dari kami ada yang mulai jenjang pendidikan baru bersamaan, ada yang masuk SD, ada yang masuk SMP, bahkan pernah bertiga masuk jenjang pendidikan baru bersamaan, kalo itu terjadi sekarang, kayanya dah nangis guling-guling emak ma bapaknya haha.

Sekarang yang belom selesai kuliah tinggal si bungsu dari 6 anaknya, itu pun si bungsu nyambi kerja jadi bisa biayai kuliahnya sendiri, beberapa tahun lagi papa pensiun, kalau kata orang-orang tinggal menikmati hiduplah.


Thank you mom n dad for all you've done and for all you still do to bring so much happiness to my life.

O Allah, have mercy upon them as they had mercy upon me when I was child.


Comments

Popular posts from this blog

His Journey Is On Another Level

Prosedur Sekolah Di Ma'had Al Azhar Kairo

Pengalaman hari pertama sekolah kakak Aufa di Edinburgh, United Kingdom