Mengenalkan Kepada Anak Berkegiatan Di Alam Sejak Dini

Anak-anak zaman sekarang berbeda dengan anak-anak tahun 90-an, kalau anak-anak tahun 90-an memang aktifitasnya di dominasi kegiatan luar ruang, jadi nggak sulit untuk mengajak anak-anak tahun 90-an untuk berkegiatan di alam. Nah, berbeda dengan anak-anak zaman now yang banyak berkegiatan di dalam rumah, nonton TV atau maen gadget, untuk sebagian anak agak sulit untuk di ajak maen di alam seperti haiking atau camping.

Anak-anak kami sudah terbiasa berkegiatan di alam, si sulung pertama kali kami ajak haiking ketika usianya 1 tahun 4 bulan. Saat itu suami sedang menempuh pendidikan S1 di UGM, menjelang ujian dia butuh refreshing, jadilah kami di ajak untuk haiking ke tlogo putri Kaliurang. Bukan hanya haiking, si sulung yang menghabiskan usia dua tahun awal kehidupannya di Jogja, sudah di ajak menjelajahi hampir semua pantai di Jogja. Kami yang kala itu hanya bermodalkan kendaraan bermotor, bahkan sudah menjelajah sampai candi Borobudur, Magelang. Dikarenakan dari anak sulung sudah terbiasa diajak berkegiatan di Alam, jadi tidak sulit bagi kami untuk mengajak adik-adiknya untuk ikut serta berkegiatan di alam.

Biasanya yang banyak komplain ketika berkegiatan di luar anak perempuan, tapi tidak dengan anak kedua kami, dia justru yang sering minta untuk berkegiatan di alam terbuka. Seperti baru-baru ini, kami di minta anak-anak untuk mengajak mereka camping. Kami pun memutuskan untuk mengajak mereka camping di Desa Wisata Rindu Hati, Bengkulu Tengah. Sebelumnya suami sudah beberapa kali survei ke tempat ini untuk kegiatan kantor, jadi kami tidak perlu mengkhawatirkan keadaan di lokasi.


Sabtu, 05 Maret 2021

Dikarenakan jarak tempuh dari rumah ke lokasi hanya 1 jam 30 menit, kami putuskan untuk berangkat ke lokasi sore hari setelah shalat ashar. Sampai di lokasi suami menemui pengelola dan mengecek tempat yang tepat untuk mendirikan tenda, sedangkan anak-anak langsung minta main air di sungai. Sembari menunggu suami mendirikan tenda, saya menemani anak-anak main air dan mandi sore di sungai. Kegiatan yang menyenangkan yang tidak mereka temui di keseharian mereka.

Di malam hari, setelah shalat maghrib kami menyiapkan makan malam sederhana, agar anak-anak juga punya kegiatan menyenangkan, kami minta mereka untuk membantu memasak ayam fillet dengan bumbu bulgogi yang sudah disiapkan. 
Setelah menikmati makan malam, kami lihat pengelola sudah bersiap untuk menyalakan api unggun, ini pertama kali anak-anak melihat api unggun secara langsung. Beberapa kali camping, mereka memang tidak pernah melihat api unggun. Kebetulan hari ini kami camping bersamaan dengan salah satu kampus di Bengkulu yang juga melaksanakan kegiatan di sini, jadi mereka yang meminta pengelola untuk menyediakan api unggun, anak-anak kecipratan bahagia bisa menikmati api unggun. Namun saking excitednya kami menyaksikan api unggun, kami malah membuka kedua pintu tenda kami, serta jaring atap tenda, hasilnya serbuk-serbuk bekas bakaran api unggun masuk ke dalam tenda kami, yang membuat alas tenda hitam dan telapak kaki kami pun hitam ketika menginjakkan kaki di dalam tenda, so silly.. 😂.


Malam ini kami tidur dengan backsound suara derasnya air sungai dan rintik hujan, semakin larut hujan yang turun pun semakin deras, anak-anak masih tertidur dengan nyenyak, tiba-tiba kami mendengar beberapa anak muda dari tenda sebelah keluar berlarian, ternyata air hujan malam itu menembus tenda mereka, sehingga mereka mengungsi ke saung-saung yang ada. Saya dan suami malam itu sedikit terjaga, selain karena hujan yang lumayan deras, suara gitar dan nyanyian anak-anak muda yang mengungsi di saung dekat tenda kami, lumayan membuat saya sulit tertidur.

Keesokan paginya, setelah shalat subuh kami menyiapkan sarapan, udara pagi ini segar sekali setelah semalaman diguyur hujan. Tidak perlu menunggu lama si bungsu pun bangun dengan semangat yang membara untuk mandi di sungai lagi, kami membolehkan anak-anak main di sungai lagi dengan syarat mereka harus sarapan terlebih dahulu. 

Setelah anak-anak puas maen air di sungai, saya mengajak mereka berkeliling tempat wisata ini, sekalian jalan pagi menikmati segarnya udara pedesaan, lengkap dengan pemandangan sawah dan juga pembangkit listrik tenaga air yang juga dioperasikan di desa ini. Selain mendapatkan pengalaman yang menyenangkan bermain di alam, anak-anak juga mendapat pelajaran bagaimana proses benih padi di tanam oleh para petani di sawah yang mereka lihat, sampai menjadi beras dan nasi yang setiap hari mereka nikmati di rumah. Dan mereka juga bisa melihat langsung pembangkit listrik yang biasanya hanya mereka pelajari di buku pelajaran saja.


Menjelang siang, saya membantu suami membereskan tenda dan bersiap untuk pulang ke rumah. Wisata murah meriah kami telah usai, selama camping kami hanya menghabiskan biaya 50.000,- saja di sini, 30.000,- untuk sewa ground tempat mendirikan tenda, 20.000,- untuk biaya parkir kendaraan yang menginap, karena kami membawa tenda dan makanan sendiri, jadi kami tidak perlu mengeluarkan banyak biaya tambahan. 
Untuk yang tidak membawa tenda dan peralatan camping serta makanan, tidak perlu khawatir, kalian hanya butuh menyiapkan uang saja, di sini pengelola menyediakan tenda, dengan pilihan tenda biasa atau tenda glamping (glamor camping), yang mana tenda tidak diletakkan di atas ground tetapi di atas saung-saung, ini jauh lebih nyaman dan penggunanya pun lebih tenang walaupun di guyur hujan deras sekali pun, sedangkan untuk makanan, banyak penjual yang stand by di sini, jadi kalian tidak perlu takut kelaparan.

Comments

Popular posts from this blog

His Journey Is On Another Level

Prosedur Sekolah Di Ma'had Al Azhar Kairo

Pengalaman hari pertama sekolah kakak Aufa di Edinburgh, United Kingdom