Ramadhan Pertama di Belahan Bumi Berbeda

Sedikit nervous ketika menyambut bulan ramadhan tahun ini, walaupun sebelumnya kami dan sebagian besar teman-teman di sini sudah latihan puasa sunnah, tetap saja ada rasa khawatir. Nyaris 20 jam berpuasa satu bulan penuh bukan waktu yang sebentar, hanya mempunyai waktu 4 jam setengah untuk berbuka, shalat maghrib, isya', tarawih kemudian di lanjut masak untuk mempersiapkan berpuasa di hari berikutnya.
Sahur di hari pertama

Sahur di hari pertama begitu excited, terutama emaknya sebagai koki rumah, amunisi pertahanan selama nyaris 20 jam menjadi tanggung jawab si emak. Andalan sahur dan berbuka adalah makanan-makanan berkuah. Hari pertama sedikit lemas di detik-detik terakhir menjelang berbuka, summer season sudah mulai menunjukkan taringnya, awal summer sebelum puasa suhunya hanya berkisar 11-13 derajat, puasa hari pertama sampai 17 derajat, sudah termasuk panas untuk Edinburgh. Hari kedua pun suhunya tidak jauh berbeda, akan tetapi Alhamdulillah di hari kedua ini badan sudah mulai terbiasa. Untuk anak-anak khususnya kakak Aufa yang 2 tahun terakhir di Indonesia puasanya sudah full, tahun ini kami tidak memaksa dia, baru melatih dia berpuasa semampunya, tiga hari ini masih latihan. Untuk adek Aisyah baru masa pengenalan puasa, malam pertama ramadhan tekadnya sudah bulat, "mama besok adek mau puasa juga ya" ketika di bangunkan sahur "adek mau puasa?", dengan mata masih terpejam dia menjawab "iya", "kalau mau puasa adek harus sahur", masih dengan mata terpejam dia jawab "adek sahurnya siang aja", hahaha.

Memasuki hari ketiga puasa terasa jauh lebih ringan, ternyata tidak seberat yang kami bayangkan, betul kata sesepuh dulu ala bisa karena biasa. Sejak hari kedua puasa mulai terasa begitu nikmat, bahkan kami merasa lebih nikmat dari puasa di tahun-tahun sebelumnya. Walaupun kami harus terjaga sepanjang malam dan memindahkan waktu tidur, sedikit berat, namun patut bersyukur masih Allah kasih kesempatan dan kenikmatan untuk berpuasa, banyak saudara muslim di belahan dunia lain yang berpuasa lebih lama dari kami, Allah tidak akan membebani seorang hamba di luar kemampuannya.

Suasana puasa di negeri ratu Elizabeth khususnya di Edinburgh tidaklah sesemarak di Indonesia, suasananya sama seperti hari-hari biasa, masih menemukan suguhan makanan ketika menghadiri event sekolah anak dan tidak ada toko makanan yang tutup. Tapi entahlah hanya saya atau semua muslim merasakan hal yang sama atau tidak, sama sekali tidak ada rasa kabita alias ngiler ketika melihat makanan-makanan itu. Untuk kami para wanita mungkin tidak ada godaan yang terlalu berat selain menahan lapar dan dahaga, beda lagi yang di rasakan para kaum pria, teman sekelas saya seorang muslim berkebangsaan yordania sebelum ramadhan kemarin memutuskan untuk pulang ke negaranya, alasannya puasa di sini bukan berat karena durasinya tapi godaan yang lain, di saat summer seperti ini, nyaris semua orang berpakaian terbuka dan berjemur di mana-mana dan dia berkata " ini godaan yang paling berat ", hihi.
Suasana berbuka puasa di Edinburgh Central Mosque

Jika ingin merasakan suasana ramadhan di Edinburgh bisa mendatangi masjid-masjid yang ada, tidak banyak masjid di sini, bisa di hitung jari. Kami lebih familiar dengan central mosque yang berada di tengah kota Edinburgh. Sehari sebelum ramadhan para volunteers memasang tenda dibelakang masjid untuk berbuka bersama. Kami sendiri di hari ketiga ramadhan ini belum sekali pun berbuka atau tarawih d central mosque. Karena waktu berbuka jam 10.00 malam atau jam 04.00 pagi waktu Indonesia, serta isya dan tarawih jam 11.30-01.00 sangat sulit untuk kami yang mempunyai anak kecil untuk berbuka dan shalat tarawih bersama di masjid. Suami merencanakan nanti kalau saya sedang berhalangan suami baru akan berbuka dan shalat tarawih di masjid, karena jarak rumah kami dan masjid cukup jauh.

Suasana berbuka di dalam tenda yang di sediakan pengurus masjid

Dan uniknya untuk waktu shalat dan puasa wilayah Skotlandia selama summer ini tidak memakai waktu yang sebenarnya melainkan memakai waktu perkiraan 45 derajat wilayah terdekat. Bahkan bulan lalu, di hari-hari tertentu shalat maghrib dan isya di jamak. Itu di karenakan di belahan bumi paling utara Skotlandia matahari belum sempat betul-betul tenggelam dan sudah mulai naik lagi jadi sulit untuk membedakan sudah masuk malam atau belum. Di malam hari pun langitnya tidak betul-betul gelap, setelah shalat subuh langit pun cepat sekali terang.

Ramadhan kali ini, ramadhan yang tidak akan terlupakan, pengalaman yang sangat berharga bagi keluarga kecil kami, terutama anak-anak. Dulu hanya melihat tayangan di televisi bagaimana sulitnya orang-orang berpuasa dalam jangka waktu yang lama di belahan bumi berbeda, sekarang kami yang menjalani itu. Ketika di Indonesia dah update sahur di hari kedua, kami disini baru merasakan nikmatnya berbuka di hari pertama, hehe. Akan tetapi Alhamdulillah menjalaninya tidak seberat seperti apa yang dulu kami pikirkan. Semoga kita semua bisa melewati ramadhan yang penuh berkah ini dan di pertemukan dengan ramadhan di tahun berikutnya. Aamiin.

Photos by Edinburgh central mosque official
*masih edisi repost tulisan yang terhapus 😁



Comments

Popular posts from this blog

His Journey Is On Another Level

Prosedur Sekolah Di Ma'had Al Azhar Kairo

Pengalaman hari pertama sekolah kakak Aufa di Edinburgh, United Kingdom