Kebijakan Cuti Haid 2 Hari

Di raker awal tahun ajaran Juli lalu ada penerapan kebijakan baru, yaitu kebijakan cuti haid 2 hari yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 81 ayat (1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid. Tentunya kebijakan ini disambut baik oleh para tendik dan karyawan di tempat saya bekerja yang semuanya adalah perempuan, karena pada kenyataannya masing-masing perempuan menghadapi situasi yang berbeda ketika pra haid, di hari haid maupun pasca haid, saya pribadi menghadapi situasi yang nggak selalu sama, terkadang baik-baik saja dari masa pra haid sampai di hari haid, namun badan baru terasa pegel-pegel pasca haid. Dan di bulan ini, sejak 2 hari lalu saya sudah merasakan meriang, kepala keliyengan, bahkan sampai mual, dan sakit di bagian perut. Awalnya saya pikir magh saya kambuh, minum obat magh pun ternyata tidak memberikan pengaruh signifikan. Owh, masuk angin mungkin pikir saya, saya pun pergi ke tempat bekam dan refleksi, keesokan paginya masih sama. Sore harinya pulang dari mengajar baru ketahuan penyebab utamanya, ternyata mau kedatangan tamu bulanan.

Pagi ini rencananya saya mau izin datang ke sekolah agak siang karena anak lanang beberapa hari ini ngeluh sakit gigi, gusinya bengkak, saya bikin appointment ba'da subuh, ternyata untuk pasien BPJS sudah penuh dan dijadwalkan keesokan harinya. Rencana mau berangkat ke sekolah saja, namun pak suami menyarankan untuk ambil cuti haid saja hari ini dan besok, mengingat sampai pagi ini kepala saya masih keliyengan dan badan juga masih meriang. Saya sendiri lupa dengan kebijakan ini, malah pak suami yang diceritain istrinya yang inget 😁. Saya mencoba menghubungi kepala sekolah by wapri, Alhamdulillaah cuti haidnya pun di ACC, masyaallah.

Dasar emang aslinya emak-emak yang nggak bisa diem, dapat cuti bukannya istirahat, malah ngoprek di dapur, bikin pepes tahu jamur, sambel teri pete, tumis pare tempe dan jamur krispy, dari kemarin-kemarin dah pengen banget bikin makanan-makanan ini. Intinya emak-emak walaupun nggak enak badan tetap mengutamakan kesejahteraan perut 😂.

Ketika selesai masak, saya terdiam sejenak, kebijakan ini masyaallaah, benar-benar memberikan hak terbaik untuk perempuan bekerja. Saya mengirim pesan ke suami, Alhamdulillaah bisa masak proper kalau di rumah, tapi kalau terus-terusan di rumah juga membosankan, terlebih lagi untuk saya yang ambivert ini, karena saya butuh lingkungan untuk bersosialisasii sekaligus butuh ruang untuk diri saya sendiri.

Once, salah satu teman saya bertanya, kenapa saya hanya mengajar di sekolah formal ketika suami saya penempatan di Jakarta saja, sedangkan ketika suami saya penempatan di daerah lain saya tidak mengajar di sekolah formal. Saya bahkan tidak pernah memikirkan hal itu, hanya mengalir begitu saja, menjalani takdir Allah, padahal ada  beberapa tawaran untuk mengajar di sekolah formal. Ternyata setelah saya renungi, kemungkinan besar ketika suami saya penempatan di daerah, beliau lebih banyak memiliki waktu bersama keluarga, jarak kantor ke rumah dinas tidak terlalu jauh, sehingga tidak banyak waktu terbuang untuk di perjalanan, dan mamak ambivert ini biasanya punya kegiatan anjem sekolah, ke halaqoh-halaqoh tahsin dan tahfidz, ke kajian-kajian, mengajar TPA, tahsin karyawati dan tahsin ummahat yang waktunya lebih fleksibel, punya banyak ruang untuk bersosialisasi namun juga memiliki banyak waktu untuk bercerita dengan si bapak sang kepala keluarga. Akan tetapi berbeda halnya ketika si bapak penempatan di Jakarta, waktu pulang kerjanya sudah malam, jadwal dinas dalam kota maupun luar kotanya pun padat, mamak sudah pasti harus memiliki lingkungan yang cukup baik untuk menyalurkan hobby berceloteh ini 😄, salah satunya dengan mengajar di sekolah formal, saya bisa ngobrol dengan teman di kantor, menjelaskan pelajaran pada siswi setiap harinya. Dan memiiliki banyak kesempatan untuk mengupgrade diri melalui fasilitas sekolah.

Masing-masing orang memang memiliki cara tersendiri untuk bersosialisasi dan mengisi waktu mereka, namun saya pribadi passionnya memang mengajar, lulus dari sekolah mu'allimat dan kuliah di bidang pendidikan, rasa-rasanya tempat terbaik untuk saya bersosialisasi tentunya di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Bersyukurnya lingkungan tempat saya mengajar sejak tahun 2014 ini, buat saya sudah semakin baik dalam pengembangan di bidang pendidikan, kesejahteraan siswa, karyawan maupun tendik, sehingga ketika suami kembali penempatan di Jakarta, maka saya pun kembali ke sini, Alhamdulillaah.

Comments

Popular posts from this blog

His Journey Is On Another Level

Prosedur Sekolah Di Ma'had Al Azhar Kairo

Pengalaman hari pertama sekolah kakak Aufa di Edinburgh, United Kingdom