Cerita Duo Santriku
Hari ini tepat dua minggu anak santri kedua mama Leli dianter ke pondok.
Menitipkan anak dalam perlindungan Allah dan di bawah didikan para ustadz
ataupun ustadzah di pesantren tidaklah gampang, bukan sekedar anak-anak saja
yang harus menyiapkan mental, kedua orang tua pun harus berlapang dada, bersabar
menahan rindu, bersabar menanti kabar dari pondok tentang kegiatan anak,
terkadang bertanya-tanya bagaimana keadaan mereka di sana. Menahan rindu itu
tidak mudah, baik bagi orang tua maupun bagi anak-anak.
Kurang lebih tiga tahun lalu, kami juga mengantarkan si sulung ke pondok
pesantren, kala itu kami tidak mengantarkan dia mondok di awal tahun ajaran,
dikarenakan ketika lulus SD Qodarullaah dia yang awalnya dari kelas IV SD sudah
pengen mondok, akhirnya bermanuver di detik-detik terakhir, setelah rangkaian
survei beberapa pondok, dia malah mundur dan tidak mau mondok. Dia mengajukan
keinginannya untuk sekolah di SMP Al-azhar Mandiri kota Palu, kami saat itu
tidak ingin mengecilkan hatinya dengan menolak mentah-mentah keinginannya, kami
mencoba berdiskusi untuk mencari solusi, kami memberikan challenge, dan
beberapa syarat. Dia boleh ikut tes masuk Al-azhar dengan catatan harus sekolah
dengan full beasiswa (dengan ketentuan dari sekolah nilai ujian masuknya berada
di sepuluh besar), dan di luar jam sekolah, dia tetap harus setoran hafalan dan
murajaah setiap ba'da subuh dan ashar, dia pun menyetujuinya. Setelah mengikuti
serangkaian tes, tepat di akhir pekan, babanya mengabarkan by phone bahwa anak
kami lulus dengan nilai tertinggi di SMP tersebut dan akan mendapatkan full
beasiswa selama tiga tahun penuh, beserta kebutuhan lainnya. Kami pun memutuskan
untuk mundur dan menepati janji kami.
Tidak menyerah, setiap selesai ngaji dan
setoran ba'da subuh saya selalu menceritakan pada anak-anak tentang keseruan
cerita saya ketika tinggal di pondok dulu. Setelah beberapa bulan, tiba-tiba anak sulung kami meminta
izin kalau nanti babanya mutasi dari Palu, dia ingin melanjutkan sekolahnya di
pesantren, Alhamdulillaah gayung bersambut, belum sampai 1 semester menjalani
sekolah, SK mutasi pun datang dan si sulung pun akhirnya menjadi santri di kota
Bengkulu. Walaupun masuk pesantrennya sedikit terlambat, si
sulung ini bisa catch up teman-temannya. Di tahun kedua, dia bahkan bisa meraih juara umum nilai
pondok dan nilai mapel umum dan di tahun ketiganya mondok, dia pun mampu
membuktikan kemampuan bahasa Arabnya dengan memenangkan medali perunggu
olimpiade bahasa Arab tingkat Nasional, Alhamdulillaah. Sekarang dia sudah lulus
tingkat SMP dan sedang berjuang untuk melanjutkan petualangannnya di jenjang
berikutnya, let's see where will he persue his next journey.
Berbeda cerita santri kedua kami dengan kakaknya yang mondoknya hanya boleh
dikunjungi 1 bulan sekali dan diperbolehkan pulang 1 semester sekali, anak
wedok kami ini mondoknya boleh dikunjungi 2 minggu sekali dan boleh pulang 1
kali setiap bulannya, dan bonusnya bisa ketemu mama dan adiknya di weekdays,
karena mondoknya di tempat mamanya ngajar 😁. Berhubung 2 minggu ini masih MPLA
dan MPLS yang kegiatannya hanya sampai dzuhur aja, adiknya yang juga sekolah TK
di bawah naungan yayasan yang sama, Alhamdulillaah bisa main ke kamar kakaknya
di siang hari.
Alhamdulillaah, teamnya kami sudah ada dua santri-santri keren
yang shalih dan shalihah, santri yang ketiga masih jauh prosesnya karena masih
TK, Qodarullaah memang jarak usianya kejauhan dari kakak-kakaknya 😁.
Comments
Post a Comment