Exploring Central Celebes Part I
Central Celebes atau biasa kita kenal dengan nama Sulawesi Tengah, adalah tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya, bahkan tidak pernah terlintas di pikiran kami. Namun, sebagai istri dari abdi negara yang sejak awal sudah berkomitmen untuk siap mendampingi suami di tugaskan di mana pun, di Indonesia. I'm always ready to explore every place around Indonesia or even around the world, eaaa 😂.
Kamis, 26 September 2018
Menjelang tengah malam suami berangkat ke Bandara Soekarno Hatta Jakarta, menuju ke tempat tugas baru, kota Palu Sulawesi Tengah, dengan penerbangan dini hari sekitar pukul 02.30 WIB. Sesuai rencana, kami akan menyusul dua minggu setelah beliau tiba di Palu, beliau ingin membereskan rumah dinas yang akan kami tempati terlebih dahulu.
Jum'at, 27 September 2018
Pagi hari waktu indonesia tengah atau WITA, beliau tiba di Palu. Beliau lapor ke kantor yang baru, dan mulai menempati rumah dinas. Hari itu beliau belum sempat keliling kota Palu, yang beliau tahu hanya kantor, rumah dinas dan Bandara saja. Hari itu, beliau mengirimkan beberapa foto rumah dinas ke saya, kami berdiskusi melalui aplikasi whatsapp tentang beberapa bagian rumah dinas yang kami kami benahi.
Sabtu, 28 September 2018
Sore hari, saya mendapat pesan yang sangat singkat dari suami melalui aplikasi whatsapp, yang berisi "gempa, baba nggak apa-apa", sejak saat itu komunikasi kami terputus. Saya menyalakan TV, dan berita tentang gempa dan tsunami pun disiarkan secara masif di semua statiun TV. Sore itu, saya juga banyak menerima telpon maupun pesan yang masuk, baik dari teman ataupun keluarga. Mereka khawatir karena nomor suami tidak bisa dihubungi, dan kami yang ingin mengetahui keadaan di sana pun hanya bisa menonton lewat televisi, berita-berita yang di siarkan semakin membuat kami justru lebih panik, berita-berita itu menyiarkan tentang banyaknya tempat yang rusak, bahkan tanah yang berjalan menyeret rumah-rumah warga, korban jiwa yang berserakan, serta rumah sakit-rumah sakit yang tidak dapat menampung korban.
Saya memantau grup whatsapp, berharap ada info atau setidaknya nomor telpon yang bisa kami hubungi untuk menanyakan keadaan suami. Malam hari, ada salah satu anggota grup yang memberikan satu nomor hp yang bisa dihubungi. Saya pun mencoba menghungi nomor tersebut dan menanyakan, apakah beliau melihat keberadaan suami saya, beliau menjawab "iya, suami ibu ada di kantor", saya lanjut menginfokan kepada seluruh keluarga agar mereka juga tenang. Faktanya, setelah beberapa bulan, saya dan teman-teman yang menelpon ke nomor tersebut baru mengetahui, bahwa bapak tersebut sebenarnya hanya menjawab hal yang sama kepada semua penelpon agar keluarga yang menelpon tenang. Saat itu suami saya bahkan tidak di kantor karena beliau mengungsi ke bandara.
Selang beberapa hari suami menelpon dengan nomor lain, ternyata semua operator telfon di sana terputus, hanya nomor XL saja yang bisa digunakan. Beliau memberi kabar keadaannya dan juga keadaan rumah dinas yang rusak. Beliau meminta saya untuk memberitahu pihak sekolah anak-anak, bahwa kepindahan kami ke kota Palu ditunda untuk sementara waktu.
Di sana suami disibukkan dengan kegiatan menjadi relawan, mendistribusikan bantuan yang diterima dari kantor-kantor kementerian keuangan dari daerah-daerah terdekat, seperti Mamuju, Gorontalo, Makassar dan sekitarnya. Beliau juga ikut membantu tim SAR mencari salah satu dari teman dari kementerian keuangan yang belum ditemukan. Kami hanya bisa berkomunikasi lewat pesan singkat dan telfon saja. Setelah dua bulan beliau baru bisa pulang ke Bekasi untuk menemui kami, pertemuan kala itu mengharu biru, diiringi tangisan kami.
07 Januari 2019
Kami memutuskan untuk mulai pindah ke kota Palu, walapun keadaan kota belum pulih, berada di sana bersama-sama membuat kami jauh lebih tenang, bisa menikmati hari-hari bersama-sama. Selama kami tinggal di Palu masih sering terjadi gempa-gempa kecil, sesekali gempa yang lumayan besar, namun tidak sebesar ketika tsunami terjadi.
Pantai Taipa sebelum terjadi gempa dan tsunami |
Pantai Taipa setelah gempa masih terlihat kotor |
Kebetulan saat itu saya mendapatkan momen yang pas ketika mengambil foto mereka. |
Comments
Post a Comment